jelaskan secara singkat tentang sejarah kerajaan demak dan mataram?
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban monoculus
Kerajaan Demak merupakan Kerajaan yang menjadikan Islam sebagai landasan pemerintahannya, kerajaan ini adalah kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa. Didirikan oleh Raden Patah di Glagah atau Bintoro yang merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang saat itu (akhir abad 15) sedang menemui ajalnya. Raden Wijaya, menurut Babad Tanah Jawa, adalah putra dari Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir dari kerajaan Majapahit.
Kematian Majapahit sebagai kerajaan besar di tanah Jawa tersebut membuat Demak menemukan momentum untuk berkembang dan menjadi pusat perdagangan. Dengan dibantu para Wali Sanga, kerajaan ini pun akhirnya menjadi kerajaan yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Tanah Jawa dan beberapa wilah timur Nusantara.
Demak juga dikenal dengan angkatan lautnya yang kuat. Dan dengan kekuatan maritimnya tersebut turut terlibat dalam peperangan melawan Portugis di Selat Malaka.
Adipati Unus (1518-1521) menjadi raja selanjutnya dari kerajaan Demak setelah mangkatnya Raden Patah. Sayagnya, saat meninggal Adipati Unus tidak memiliki anak, sehingga statusnya sebagai Raja Demak digantikan oleh adiknya yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen.
Demak mencapai puncak kejayaannya pada saat Sultan Trenggana menjadi raja, dibawah kuasa, wilayah kekuasaannya hamper mencapai seluruh Tanah Jawa.
Masa kemunduran kerajaan Demak berlangsung tak lama setelah wafatnya Sultan Trenggana, perebutan kekuasaan yang terjadi antara Arya Penangsang yang merupakan anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dan Sunan Prawoto yang merupakan putra sultran Trenggana menjadi factor awal kemunduran kerajaan ini.
Kerajaan Mataram Islam
Kesultanan Mataram (Kerajaan Mataram Islam) berdiri pada abad 17, Raja pertama kesultanan ini adalah Sutawijaya atau yang dikenal dengan nama Panembahan Senopati yang merupakan anak dari Ki Ageng Pemanahan.
Asal-usul kerajaan Mataram Islam berawal dari suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di 'Bumi Mentaok' yang diberikan untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya.
Pada masa kejayaannya, kesultanan Mataram menguasai hamper seluruh tanah Jawa dan Madura, kerajaan ini pun pernah menyerbu VOC yang berpusat di Batavia sebagai upaya untuk mencegah berkuasanya VOC di Tanah Jawa. Meski pada akhirnya, disaat keruntuhannya, kerajaan Mataram malah menerima bantuan VOC.
Pusat pemerintahan Kesultanan Mataram berada di daerah Mentaok, wilayahnya berada di Selatan Bandar Udara Adisupto saat ini. Banguntapan menjadi lokasi awal Kraton sebelum dipindahkan ke Kotagede.
Pada masa pemerintahan Amangkurat I tahun 1647, kerajaan Mataram Islam berada diambang keruntuhannya. Banyak terjadi pemberontakan yang disebabkan oleh ketidakpuasan rakyat atas pemerintahan Amangkurat I.
Pemberontakan terhebat dalam sejarah Mataram Islam adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Trunojoyo. Pemberontakan Trunojoyo ini memaksa Kerajaan Mataram pada akhirnya bekerja sama dengan VOC yang dulunya adalah musuh yang mereka perangi.
Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708), Pakubuwana I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II (tahun 1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak patuh(tunduk) kepada VOC sehingga VOC menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua orang raja dan hal tersebut menyebabkan perpecahan internal di Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak dan menjadi ia sebagai "king in exile" hingga akhirnya tertangkap di Batavia dan dibuang ke Ceylon.
Pada pemerintahan Pakubuwana III, Mataram menjadi lebih stabil. Mataram dibagi menjadi 2 kerajaan, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan NGayogyakarta. Pembagian kerajaan mataram menjadi 2 ini tertulis dalam perjanjian Giyanti, dan menandakan berakhirnya era kerajaan Mataram Islam sebagai 1 negara utuh.